Legenda Menakutkan Proses Menyusutkan Kepala Dari Pedalaman Amazon

Share
Legenda menakutkan dari pedalaman Amazon, dimana dipercaya dengan menyusutkan kepala lawan, maka mereka akan aman dari roh lawan yang akan menuntut balas dendam menjadi tidak berdaya.




1. Buka kepala bagian belakang dan lepaskan kulitnya. Hati-hati untuk tidak merusal bagian wajah. Setelah itu direbus dalam air selama satu setengah jam.

2. Setelah dikeringkan dengan dijemur, kulit berubah dan lapisan-lapisan yang tidak dibutuhkan akan lepas. Kulit menjadi seperti kantung dan batuan panas digunakan untuk membakar lemak di dalamnya.

3. Pasir panas digunakan untuk mencapai bagian yang sulit dijangkau oleh batuan panas, seperti bagian hidung dan bibir. Si pembuat akan "memijit" kulit untuk membantu proses pengeringan dan mengembalikan bentuk kepala.

4. Proses diulangi terus, dan bisa mencapai 6 hari lamanya, sampai ukuran kepala menjadi seperempat dari ukuran aslinya.

5. Si ksatria harus memastikan tidak ada serangan balas dendam dari yang mati itu. Caranya :
  • Mata dijahit biar tertutup (untuk mencegah roh melihat).
  • Bibir di kunci dengan semacam tusukan dari kayu (untuk mencegah roh untuk minta dibalaskan dendamnya).
6. Sekarang si ksatria aman, roh yang dibunuh akan tetap tinggal di alamnya.

Fakta-Fakta yang ada :
  • Pemburu kepala banyak diterapkan di berbagai belahan dunia, tapi cuma di Amazon yang dilanjutkan dengan penyusutan.
  • Hanya suku Shuar di Amazon yang mempraktekkan penyusutan kepala. Dan mereka dikenal sebagai suku paling ganas. Dan merupakan satu-satunya suku yang tidak ditaklukkan oleh bangsa Spanyol saat itu.
  • Proses penyusutan dilakukan untuk mencegah aksi balas dendam roh.
  • Kepala yang disusut, istilahnya "tsantsas" dikomersilkan dan dikoleksi lho. Sekarang harga tsantsas berkisar USD 30.000.. wow..
  • Tidak ada bukti konkrit bahwa saat ini seseorang dibunuh untuk membuat tsantsas untuk dikomersilkan.
  • Beberapa percaya bahwa dengan menyentuh tsantsas, roh akan merasuki mimpimu dan membuat mereka tidak damai.

0 komentar:

Posting Komentar