Dewa Perkawinan

Share
(Tang Ming / Secret China)

Dalam pepatah Tiongkok, ada pepatah indah yang berisikan ungkapan "Yue-xia-lao-ren" - yang berarti lelaki tua di bawah sinar bulan. Ini juga merupakan sebutan yang diberikan untuk perantara jodoh.

Cerita berikut ini beredar luas pada Dinasti Tang. Orang tua Wei Gu meninggal ketika ia masih sangat muda. Dia sangat ingin menemukan seorang gadis dan menikah, tapi tidak pernah berhasil. Suatu hari ia pergi ke Kota Song dan tinggal di sebuah asrama.

Tamu asrama lainnya mencoba mengatur agar Wei bertemu dengan seorang gadis dari desa terdekat. Mereka berjanji ketemu di kuil Longxing dekat asrama itu untuk
keesokan paginya. Tapi Wei sangat ingin bertemu dengan gadis itu sehingga ia tiba sebelum fajar ketika masih gelap.

Ketika sampai di kuil itu, ia melihat seorang lelaki tua duduk di tanah dalam cahaya bulan, dengan karung besar di sampingnya, membaca buku yang besar dan tebal. Wei mendekat dan melihat buku itu, tapi tidak bisa memahami sepatah kata pun. Wei penasaran dan bertanya, "Ya Papa, buku apa yang Anda baca? Saya telah belajar sangat keras dan saya bisa membaca banyak bahasa. Saya juga bisa membaca Tianlan dan Sansekerta! Tapi kenapa saya tidak bisa memahami kata-kata dalam buku Anda? Kenapa begitu?"

Orang tua itu tertawa, "Ini bukan buku dunia ini; bagaimana mungkin kamu bisa membacanya?"
"Lalu buku macam apa itu?" Wei bertanya.
"Buku dari dunia bawah tanah."
Wei bertanya, "Bagaimana seseorang dari dunia bawah datang ke dunia ini?"

Orang tua itu menjawab, "Ini bukan masalah bahwa saya berada di sini, tapi kamu bertemu aku karena kamu datang terlalu dini. Pejabat di dunia bawah tanah memiliki hal-hal untuk mengatur manusia di sini; mereka tentu saja harus sering datang ke sini."

Wei bertanya, "Baik, jenis hal-hal apa yang Anda kendalikan?"
"Buku yang mencatat semua perkawinan laki-laki dan perempuan," jawab lelaki tua itu.
Wei yang senang mendengar hal ini bertanya lagi, "Saya akan bertemu seorang gadis di sini hari ini. Apakah saya berhasil? "

Orang tua itu menjawab, "Giliranmu belum datang. Calon istrimu baru 3 tahun, dan akan menjadi istrimu ketika dia berusia 17 tahun."
Wei begitu marah dan bertanya dengan santai, "Apa yang ada dalam karung Anda?"
"Tali-tali merah. Tali merah itu digunakan untuk mengikat kaki suami istri. Aku akan mengikat kaki mereka bersama-sama ketika mereka duduk. Tak peduli laki-laki atau perempuan - apakah kedua belah pihak adalah musuh, atau terpisah usia yang jauh antara satu sama lain; miskin atau kaya, atau dari negara yang berbeda - asalkan aku mengikatkan tali merah ini ke kaki mereka, mereka pasti akan menjadi terdamaikan, dan akan menjadi suami - istri.

Kaki Anda sudah terikat dengan orang itu; tidak ada gunanya mengejar orang lain. "
Wei bertanya, "Baik, di mana istri saya? Bagaimana cara hidup keluarganya?
"Dia adalah putri Bibi Chen di sisi utara kota ini," jawab orang tua itu.
"Bisakah saya melihat-lihat dulu?"

"Bibi Chen sering membawanya ke sini untuk menjual sayur-sayuran, jika kamu mengikuti aku, aku akan menunjukkannya untukmu."
Wei mencoba menanyakan lebih banyak pertanyaan, tetapi orang tua itu berdiri membawa buku dan karungnya berjalan menuju pasar. Wei Gu mengikutinya dengan cermat. Ketika mereka tiba di pasar, mereka melihat seorang wanita yang salah satu matanya buta sedang menggendong seorang gadis kecil yang berusia tiga tahunan dalam pelukannya dan berjalan ke arah mereka. Orang tua itu kemudian berkata kepada Wei Gu, "Gadis kecil di lengan wanita itulah yang akan menjadi istrimu kelak."

Gu Wei sangat marah dan bertanya kepada orang tua itu, "Bagaimana kalau aku membunuhnya?"
Orang tua itu menjawab, "Ini adalah orang yang ditakdirkan untuk menikmati kekayaan dan posisi yang tinggi dalam masyarakat, dan kamu akan dipromosikan karena dia; bagaimana mungkin kamu membunuhnya?" Setelah berkata, orang tua itu menghilang.

Wei kembali ke asrama, mengasah sebilah pisau dan memberikannya kepada pelayannya sambil berkata, "Kamu harus melakukan pekerjaan dengan rapi! Setelah kamu membunuhnya, aku akan memberi kamu sepuluh ribu Guan (nama uang Tiongkok kuno jaman itu). "

Pelayan itu pergi ke pasar keesokan harinya dan menikam gadis itu. Orang-orang di sekitarnya terkejut dan dalam kekacauan. Pelayan itu menggunakan keributan itu untuk berlari pulang dan melapor kepada tuannya, "Saya bermaksud menikam jantungnya, tapi lepas kendali, saya menikam kepalanya. Dia pasti mati. "

Setelah itu Wei Gu sering berusaha menemukan pasangan nikah, tetapi tidak berhasil. Empat belas tahun berlalu seperti dalam sekejap. Wei Gu dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi di tempat lain. Gubernur negara itu, Wang Tai mempertimbangkan kemampuan Wei Gu dan menawari Wei Gu untuk menikahi putrinya. Gadis itu berusia sekitar 17 tahun dan cantik. Wei Gu sangat gembira dan menikah.

Sang istri sungguh baik kepadanya dalam segala hal kecuali satu yang Wei ditemukan cukup aneh: istrinya selalu memakai hiasan bunga di dahi, di antara kedua alis. Wei akhirnya bertanya kepada istrinya tentang maksud hiasan itu. Dia menangis dan menjawab, "Saya adalah seorang anak angkat; gubernur Wang Tai adalah paman saya. Ayah saya meninggal tepat setelah saya lahir, dan ibu dan saudara saya juga meninggal sangat dini, dan bibi saya harus merawat saya ketika saya berusia 3 tahun.

Suatu hari saya berada di sebuah pasar bersama Bibi ... Dia dan Paman bekerja keras. Ketika paman dipromosikan menjadi gubernur, saya datang ke kota ini. Sekarang dia telah menikahkan saya dengan Anda. "
Wei bertanya, "Apakah bibi kamu memiliki satu mata yang buta?"
"Ya, Apakah Anda mengenalnya?" tanya istrinya. Wei kemudian membuat pengakuan yang mendalam kepada istrinya.

Wei Gu kini mengerti bahwa apa yang dikatakan Dewa Perkawinan di kuil itu belasan tahun yang lalu bukanlah lelucon. Para Dewa telah secara pasti mengatur takdir pertemuan suami-istri. Suami-istri tersebut sangat menghargai perkawinan mereka dan memiliki kehidupan perkawinan yang mengagumkan bersama-sama.

Cerita ini segera tersebar di Kota Song. Masyarakat setempat mengubah nama asrama itu menjadi "Asrama Pertunangan" untuk memperingati kemunculan Dewa Perkawinan. Sejak saat itu, orang-orang percaya bahwa kehidupan bersama laki-laki dan perempuan diikat dengan tali merah dan didamaikan oleh Dewa Perkawinan, lelaki tua di bawah sinar bulan. Orang-orang membangun banyak kuil setelah cerita itu tersebar luas, dan orang-orang mengharapkan orang tua itu bisa tinggal di kuil-kuil itu untuk beristirahat ketika ia berkunjung ke sana. (Secret China/bud)


0 komentar:

Posting Komentar